Blogger Template by Blogcrowds

Determinan Konservatisme dalam Akuntansi

Literatur-literatur sebelumnya, seperti yang dirangkum dalam artikel-artikel Watt (LaFond dan Watt, 2006; Watt, 2003a, 2003b), menjelaskan lima alternatif penjelasan konservatisme dalam pelaporan keuangan. Penjelasan pertama adalah penggunaannya sebagai teknologi yang efisien yang digunakan dalam tata kelola perusahaan.
Pendekatan akuntansi konservatif digunakan berkaitan dengan moral hazard yang diukur dengan asimetri informasi, liabilitas yang terbatas dan pembayaran yang asimetris dari berbagai pihak yang berbeda dalam perusahaan, seperti kompensasi manajemen dan kontrak hutang. Watts berargumen bahwa kontrak adalah alasan untuk memulai akuntansi dan konservatisme, dan bahwa konservatisme menghalangi perilaku oportunistik manajer dan menghapus bias manajerial dengan kebutuhan verifiabilitas asimetri yang dibentuk oleh konservatisme. Penjelasan yang kedua dari konservatisme adalah pembatasan litigasi pemegang saham. Penyajian lebih tinggi aktiva bersih perusahaan meningkatkan biaya litigasi perusahaan dibandingkan perusahaan yang menyajikan lebih rendah nilai aktiva bersihnya. Sehingga, dengan konservatisme, perusahaan dapat mengurangi biaya litigasinya. Beaver (1993) dan Watts (1993) dalam Watts (2003a) mencatat bahwa litigasi dibawah Securities Act mendorong munculnya konservatisme karena litigasi cenderung muncul ketika laba dan aktiva bersih disajikan lebih (overstated).

Penjelasan ketiga dari konservatisme akuntansi adalah perpajakan. Pada perusahaan yang profitable, konservatisme mengurangi nilai sekarang dari pajak sehingga meningkatkan nilai perusahaan. Penjelasan ini semakin dapat dimengerti karena laba kena pajak dan metoda-metoda untuk menghitung laba kena pajak telah lama dikaitkan dengan laba yang dilaporkan. Shackelford dan Shevlin (2001) dalam Watts (2003a) juga menyatakan bahwa pajak menyajikan insentif bagi perusahaan untuk menyesuaikan laba akuntansi yang dilaporkan dengan laba kena pajak. Sepanjang perusahaan memperoleh laba, mempunyai laba kena pajak, dan tarif pajaknya positif, hubungan antara laba yang dilaporkan dengan laba kena pajak mendorong insentif untuk menangguhkan laba untuk mengurangi nilai sekarang dari pajak. Seperti halnya determinan kontrak, secara rata-rata insentif ini membawa kepada penyajian lebih rendah untuk aktiva bersih.

Penjelasan keempat untuk konservatisme dalam pelaporan keuangan adalah insentif dewan standar dan regulator. Dewan standar dan regulator mengekspos fungsi kerugian asimetris (asymmetric loss function) karena mereka ingin lebih kritis jika mereka mengadopsi standar akuntansi yang lebih menyukai penyajian lebih tinggi aktiva bersih daripada penyajian lebih rendah. Yang terakhir, alasan kelima untuk konservatisme dalam pelaporan keuangan secara teoritis dan empiris diuji oleh LaFond dan Watts (2006), informasi yang berbeda disusun untuk investor yang punya informasi dengan investor yang tidak memperoleh informasi menghasilkan insentif bagi pemegang saham perusahaan untuk mengadopsi konservatisme. Mereka berargumen bahwa asimetri informasi antara investor yang memperoleh informasi dengan yang tidak memperoleh informasi mengakibatkan biaya keagenan, sehingga mengurangi aliran kas masa depan perusahaan yang diharapkan dan meningkatkan tingkat keseimbangan tingkat pengembalian yang diinginkan. Kedua dampak tersebut mengurangi nilai perusahaan dan dalam hal ini konservatisme dalam mekanisme tata kelola perusahaan digunakan untuk mengurangi penurunan nilai perusahaan sebagai dampak dari asimetri informasi.

Teori keagenan menyatakan bahwa apabila terdapat pemisahan antara pemilik sebagai prinsipal dan manajer sebagai agen yang menjalankan perusahaan maka akan muncul permasalahan agensi karena masing-masing pihak tersebut akan selalu berusaha untuk memaksimalisasikan fungsi utilitasnya (Jensen & Meckling,1976). Untuk meminimalisasi permasalahan agensi tersebut, maka dibuatlah kontrak-kontrak dalam perusahaan baik kontrak antara pemegang saham dengan manajernya maupun kontrak antara manajemen dengan karyawan, pemasok, dan kreditur. Namun, konflik tersebut tidak dapat diatasi secara menyeluruh dengan menggunakan kontrak tersebut karena biaya untuk membuat kontrak yang lengkap sangatlah mahal, dan apabila tidak dapat dikatakan sebagai merupakan hal yang tidak mungkin (Fama dan Jensen, 1983; Hart, 1995). Jadi, dalam kondisi dimana kontrak tidak dapat dibuat secara sempurna, mekanisme corporate governance memainkan peranan dalam memitigasi konflik tersebut. Mekanisme corporate governance (seperti board of directors, kepemilikan institusi, kepemilikan manajerial, pengawasan oleh tenaga kerja, auditor, dan lain-lain) berbeda antar satu perusahaan dengan perusahaan lainnya.

Tidak berbeda dengan lima determinan yang dijelaskan di atas, Beja dan Weiss (2006) menyatakan bahwa literatur-literatur akuntansi mengakui beberapa penjelasan atau determinan konservatisme, yaitu konservatisme dikaitkan dengan masalah perpajakan, litigasi pemegang saham dan secara khusus masalah-masalah keagenan manajerial

0 Comments:

Post a Comment



Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda