Siang itu saya sedang berdiskusi dengan teman tentang penafsiran uji-F dalam analis regresi. Selama ini kita mengartikan uji F tersebut sebagai uji pengaruh secara simultan (saya akan bahas dalam post yang lain). Tiba2 teman saya yang lain nyeletuk (berkaitan dengan heading blog saya ini); ilmu pngetahuan dan belajar bijaksana itu tidak simultan dengan sepakbola? Benarkah demikian??
Saya menjawabnya, tidak seperti itu. Sepakbola simultan (atau relevan mungkin yang lebih tepat) dengan belajar/menjadi bijaksana. Ada banyak sekali pelajaran yang bisa diambil dari permainan sepakbola yang membawa kita ke arah bijaksana. Apa saja??
1. Spotivitas. Meskipun istilah ini seakan identik dengan istilah dalam dunia olahraga, tapi menjadi sportif dan berpikiran terbuka adalah juga sikap yang dibutuhkan untuk semua segi kehidupan.
2. Sepakbola mengajarkan kita untuk tidak pernah berputus asa dalam mencapai tujuan. Ketika satu cara belum berhasil maka cara lainnya harus dicoba. Kadang dengan mengandalkan kecepatan, insting dan ada kalanya melalui spekulasi.
3. Sepakbola mengajarkan kita menjadi sebuah teamwork yang solid. Posisi dalam sepakbola (ada kiper, bek, libero, pemain tengah/gelandang baik bertahan maupun gelandang serang, playmaker/centrocampista dalam bahasa Italia dan penyerang) mengajarkan pada kita akan peran dan fungsi yang berbeda dalam mencapai tujuan yang sama. Tidak semuanya jadi kiper atau penyerang. Begitu juga, tidak semua kita adalah leader, sebagian akan menjadi follower (dalam artian positif). Memahami peran dan tanggung jawab masing-masing tentu akan menciptakan harmoni dalam organisasi.
4. Ada menang dan kalah (juga seri) dalam setiap permaianan. Ini mengingatkan kita memang ada kalanya kita menghadapi periode kalah,menurun dan pada saat yang lain kita adalah pemenang. Ini tidak berarti dalam organisasi kita akan terpisah menjadi pemenang atau pecundang, hanya saja untuk mengingatkan kita bahwa kalah-menang adalah alamiah.
5. Waktu Permainan. Dalam pekerjaan-pekerjaan yang dibatasi waktu dan deadline, disiplin kita tidak hanya soal teknis tetapi juga dalam masalah pengaturan waktu dan tempo.
Mari bermain, menonton atau menikmati sepakbola, lalu BELAJAR dan menjadi LEBIH BIJAKSANA.
Labels: Belajar Bijaksana
1 Comment:
-
- riano_annas said...
24 Desember 2008 pukul 23.41hehe..apapun pendapat orang jalan terus sanak...tidak semua orang bisa memahami perspektif orang lain. jadi cibiran dan bantahan adalah cara terbaik pembenaran diri mereka sendiri.
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda